Wednesday, November 2, 2011

RADEN AJENG KARTINI

kartinisoloRaden Ajeng Kartini dilahirkan di Mayong Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879. Ayah Raden Ajeng Kartini adalah seorang Asisten Yedono yang berkedudukan di Mayong. Kurang lebih satu tahun setelah R.A.Kartini lahir ayahnya diangkat menjadi Bupati Jepara. Nama ayah R.A.Kartini adalah Raden Mas Adipati Aryo Sosrodiningrat. Raden Ajeng Kartini sempat bersekolah sampai sekolah dasar. Keinginannya untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi tidak diijinkannya oleh orang tuanya. Sesuai dengan adat yang berlaku pada waktu itu, anak-anak perempuan tidak boleh bersekolah. Anak gadis tidak boleh melanjutkan sekolah dan harus mengalami masa pingitan sampai saatnya untuk menikah. Mereka tidak bebas bergerak, bebeda dengan kaum laki-laki. Kehidupan kaum wanita pada waktu itu tidak seperti sekarang, wanita sedikit yang memperoleh pendidikan dan bersekolah. Kaum wanita sama sekali harus tunduk kepada kaum laki-laki, karena demikian adatnya. Bila saatnya tiba, dalam usia yang sangat muda sekali ia dikawinkan oleh orang tua mereka. Seperti juga yang terjadi pada diri Raden Ajeng Kartini sendiri setelah bertahun-tahun dipingit, kemudian ia dikawinkan dengan laki-laki yang sama sekali belum dikenalnya. Walaupun R.A.Kartini dipingit, tetapi cita-citanya untuk memajukan kaum wanita tetap dilakukan. Misalnya dengan cara bergaul dengan orang-orang terpelajar, dan gemar membaca buku terutama buku-buku mengenai kemajuan wanita di luar negeri terutama wanita Eropa. Sejak saat itu timbul keinginan untuk berjuang memajukan wanita Indonesia.
Keinginan itu dapat dicapai melalui pendidikan. Ia juga menginginkan persamaan hak dan kewajiban antara kaum wanita dengan kaum pria. Disamping itu ia banyak menulis surat kepada teman-temannya orang Belanda. Dalam surat itu diungkapkan cita-cita untuk memajukan kaum wanita Indonesia. Kartini sendiri ingin memasuki sekolah guru di negeri Belanda agar kelak menjadi seorang pendidik. Usaha untuk memperoleh beasiswa dari pemerintah Belanda behasil, tetapi pada saat itu pula orang tuanya menentukan bahwa ia harus menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat, Bupati Rembang. Dalam kehidupan sehari-hari Kartini seperti wanita-wanita bangsawan lainnya. Sejak kecil ia dibekalli pendidikan agama. Kartini juga patuh dan taat kepada orang tuanya, serta taat menjalankan ibadah. Pada waktu orang tuanya sakit ia selalu merawat dan menjaganya. Dalam memajukan kaum wanita Indonesia, R.A.Kartini mendirikan sekolah untuk anak-anak gadis. Dalam sekolah Katini, diberikan pelajaan membaca, menulis dan ketrampilan untuk wanita. Kecintaan Kartini kepada anak-anak terutama anak perempuan untuk dapat memperoleh pendidikan sangat besar, karena melalui  pendidikanlah kaum wanita dapat memmpertinggi martabat bangsa. Sebelum menikah Kartini telah berhasil mendirikan sekolah untuk anak-anak perempuan di Jepara. Muridnya hanya 9 orang tediri dari teman dan famili-familinya. Setelah menikah, sekolah seperti itu didirikan di Rembang. Apa yang dilakukan oleh Kartini ditiru oleh wanita-wanita lain di tempat-tempat lain? Seperti di Semarang, Surabaya, Malang, Madiun, Cirebon, bemunculan sekolah Kartini. Raden Ajeng Katini tidak sempat mengeyam hasil usahanya. Ia meninggal dunia dalam usia muda, yaitu 25 tahun ketika melahirkan putra pertama pada tanggal 17 September 1904. Surat-suratnya kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul "Habis Gelap Tebitlah Terang". Buah pikiran yang terdapat dalam buku itu sangat besar jasanya dalam mendorong kemajuan wanita Indonesia. Hari lahir Raden Ajeng Kartini pada tanggal 21 April diperingati setiap tahun sebagai Hari Kartini.

No comments:

Post a Comment